Definisi Madinah Nabawiyyah
Artikel ini ditulis ulang dari buku Khasiat Kurma dan Mukjizat Kurma `Ajwah karangan Muhammad bin Shalih Al-Khuzaim terbitan Thibbia 2010.
Bin Muhsin Powder Datse LollenSerbuk pucuk bunga kurma dipercaya manjur bisa mengatasi:* Kemandulan bagi suami istri* Menambah hormon laki-laki dan menambah jumlah serta mengentalkan sperma laki-laki* Menambah keharmonisan pasutri* Menambah stamina* Menambah kemampuan seksual* Mempermudah kehamilan secara ajaib Dapat dibeli secara online di www.binmuhsingroup.com Situs resmi www.binmuhsinpowderdatselollen.blogspot.com UNTUK KOLSUNTASI DAN PEMESANAN SILAHKAN HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendsterbinmuhsin_group@yahoo.co.id
Madinah Nabawiyyah adalah kota Rasulullah SAW. Lokasinya terletak di utara kota Mekah sejauh 400 km. ketinggiannya 600 m dari laut. Dari arah selatan, timur dan barat, terdapat aktivitas gunung berapi. Di bagian timurnya terdapat lembah Waqim. Di bagian timurnya terdapat perkampungan Al-Wabrah. Sementara dataran tinggi terdapat di sebelah utara dan selatannya. Di bagian selatan terdapat gunung ‘Ir. Sementara di bagian utaranya terdapat gunung Uhud. Aliran banjir bisa datang dari arah selatan dan timur.
Letak geografis tersebut berpengaruh besar, sehingga layak saja bila tanah di kota Madinah begitu subur, karena kerap dialiri banjir, terutama sekali aliran lahar gunung berapi.
Letaknya yang rendah juga menjadikan banyak mata air terdapat di sana, terutama sekali di dekat lokasi aliran air bekas banjir. Oleh sebab itu, kota tersebut sudah terkenal semenjak dahulu sebagai kota yang maju, karena banyak pohon kurmanya, dank arena banyak sumber air disana.
Kota Madinah sudah dikenal sebelum Islam sebagai kota Yatsrib Sejak Rasulullah SAW berhijrah ke kota tersebut, akhirnya ia lebih dikenal dengan sebutan kota Madinah. Kota itu menjadi ibu kota Daulah Islamiyyah (Pemerintahan Islam) pertama. Itu berlangsung hingga akhirnya ibu kota Islam di pindahkan ke Damaskus, pada masa pemerintahan Saulah Umawiyyah. Namun sebagai pusat pendidikan Islam dunia, kota Madinah tetap bertahan. Karena di situlah terdapat Masji Nabawi. Masjid pertama yang dibangun di atas dasar ketakwaan, dan masjid kedua yang boleh dijadikan sebagai tujuan perjalanan berat. Di kota itu juga terdapat Masjid Quba’ dan banyak lagi lokasi-lokasi Islam bersejarah lainnya.
Madinah di kenal sebagai kota kembaran Hijaz yang sudah demikian mentereng dalam sejarah Islam dari semenjak dahulu kala, terletak sepanjang 36,39o lintang timur dan 18,24o bujur utara.[1]
Allah, Sang Pembuat syariat, telah membedakan kota Madinah dengan kota-kota lain dengan berbagai keutamaan, kemuliaan dan berkah yang banyak. Kota madinah adalah kota suci dan kota agung kedua dalam jiwa kaum muslimin, sesudah Mekah, di mana terletak bangunan pertama yang didirikan untuk umat manusia.
Kota Madinah adalah tempat hijrah Nabi SAW dari kota Mekah. Di situlah Islam memperoleh kemuliaan dan kekuatannya, serta menjadi mapan dan tertopang. Islam pun menampakkan keunggulannya dibandingkan seluruh agama yang ada. Di Madinah juga berdiri daulah (pemerintahan) Islam yang megah. Di situ pula Rasulullah Saw tinggal dan menikahi istri-istri beliau, Ummahatul Mu’mini. Artinya, kota Madinah betul-betul teduh, nyaman dan tentram.
Bahkan kota itu menjadi rumah beliau. Allah berfirman:
“Sebagaimana Rabbmu mengeluarkanmu dari rumahmu dengan kebenaran.” (Al-Anfal [8]: 5)
Allah menyebut kota Madinah sebagai rumah beliau SAW. Itu mengandung pemuliaan yang hebat, dan pengutamaan yang besar terhadap kota tersebut, sehingga layak dinisbatkan kepada nama beliau.[2]
Allah menyebutnya dalam Al-Qur’anul Karim :
“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah ( pergi berperang)…” ( At-Taubah [9]:12)
Allah juga berfirma:
“Mereka (orang-orang munafik) berkata, ‘Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya’…”(Al-Munafiqun [6]:8)
Di antara keutamaan kota Madinah pula adalah seperti yang disebutkan dalam riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku pernah diperintahkan untuk pergi ke sebuah kota yang menyantap (mengalahkan) kota-kota lain. Kota itu disebut Yatsrib, yakni Madinah. Ia bias mencampakkan banyak orang darinya, seperti layaknya peniup tungku pandai besi yang menyingkirkan semua karat besi.”[3]
Diriwayatkan dari Abu Humaid ra bahwa ia menuturkan, “Sesuatu saat kami beriringan dengan Nabi SAW dari arah Tabuk, hingga dekat kota Madinah. Lalu beliau bersabda, “Inilah kota Thabah.”[4] (Tabah adalah salah satu kota Madinah yang berarti “baik”, - penerj.)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya iman itu akan merasuk ke kota Madinah seperti seekor ular masuk ke dalam sarangnya.”[5]
Di riwayatkan dari Sa’ad ra bahwa ia bertutur: Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “ Setiap kali ada orang berbuat maker di kota Madinah, pasti akan luluh, seperti garam yang luluh bila dimasukkah ke dalam air.”[6]
Diriwayatkan dari Abu Bakrah bahwa Nabi SAW bersabda, “Kota Madinah tidak akan dimasuki oleh serangan Al-Masih Ad-Dajjal yang menakutkan. Pada saat itu, ada tujuh pintu masuk, pada masing-masing pintu terdapat dua malaikat penjaga.”[7]
Diriwayatkan dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Kota Madinah itu seperti alat peniup tungku pandai besi, dapat menyingkirkan kotoran-kotoran dan mengkilapkan[8] kota tersebut.” [9]
Doa Nabi SAW Agar Kota Madinah, Buah-buahannya dan Takarannya Penuh Berkah, dan Doa Beliau Agar Segala Wabah Disingkirkan darinya
Diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Ya Allah, jadikanlah kota Madinah memiliki berkah dua kali lipat dari berkah kota Mekah.”[10]
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Ibrahim menyucikan kota Mekah dan mendoakan pra penghuninya. Maka akupun mensucikan kota Madinah, sebagaimana Ibrahim menyucikan kota Mekah. Aku juga mendoakan sha’dan mud kota ini,[11] sebagaimana doa Ibrahim untuk para penghuni kota Mekah.”[12]
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali Bin Abi Thalib ra, bahwa Rasulullah SAW bersada, “Aku berdoa kepada-Mu untuk para penduduk kota Madinah, agar Engkau berikan berkah yang Engkau berikan untuk para penduduk kota Mekah.”[13]
Diriwayatkan dari Bilal ra yang menuturkan bahwa Rasulullah SAW berdoa :
“Ya Allah, tumbuhkanlah kecintaan kami terhadap kota Madinah, sebagaimana Engkau menumbuhkan cinta kami terhadap Mekah, bahkan lebih dari itu. Sehatkan kota ini, berkahilah sha’ dan mud kami, dan pindahkanlah wabah penyakitnya ke daerah Al-Juhfah.”[14]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW pernah diberi buah-buahan yang dipetik pertama kali, lalu beliau berdoa:
“Ya Allah, berkahilah kota kami, dalam buah-buahannya, dalam mud dan sha’nya, dengan keberkahan yang berlimpah-limpah.”[15]
Anjuran Untuk Tinggal di Madinah
Bin Muhsin Powder Datse LollenSerbuk pucuk bunga kurma dipercaya manjur bisa mengatasi:* Kemandulan bagi suami istri* Menambah hormon laki-laki dan menambah jumlah serta mengentalkan sperma laki-laki* Menambah keharmonisan pasutri* Menambah stamina* Menambah kemampuan seksual* Mempermudah kehamilan secara ajaib Dapat dibeli secara online di www.binmuhsingroup.com Situs resmi www.binmuhsinpowderdatselollen.blogspot.com UNTUK KOLSUNTASI DAN PEMESANAN SILAHKAN HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendsterbinmuhsin_group@yahoo.co.id
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW bersabda, Nanti, akan datang suatu masa pada umat manusia, di mana ada orang berkata kepada sepupu dan kerabatnya, ‘Mari nikmati kemewahan, mari nikmati kemewahan. ‘Padahal kota Madinah itu lebih baik, andai saja mereka mengetahuinya. Demi Dzat yang jiwaku berada ditangan-Nya, setiap kali ada seorang di antara mereka keluar dari kota itu karena membencinya, pasti Allah akan menggantinya dengan orang yang lebih baik. Ingatlah, kota Madinah itu ibarat alat peniup tungku pandai besi yang akan mengeluarkan kotorannya. Kiamat hanya akan terjadi, ketika kota Madinah sudah menyingkirkan seluruh orang jahat di dalamnya, seperti alat peniup tungku pandai besi menyingkirkan karat besi.”[16]
Demikianlah sebagian dalil yang menunjukkan keutamaan kota Madinah dan keberkahan kota itu. Itulah berkah yang hinggap di kota Nabi SAW, sehingga kota Madinah, berikut buah-buahan dan takarannya, memiliki berkah dan kebaikan. Dengan berkah doa Nabi SAW, banyak hati kaum mukminin yang tertarik kepadanya, dari penjuru timur dan barat.
Yang Dimaksud dengan ‘Aliyatul Madinah
Sebutan Aliyatul Madinah atau terkadang disebut juga Awali; sebenarnya keduanya merupakan sebutan untuk sebuah dusun di kota Madinah, terletak di tenggara kota tersebut.
Imam Bukhari meriwayatkan dai ‘Umar ra, bahwa ia menuturkan, “Aku tinggal bersama salah seorang tetanggaku dari kalangan Anshar, dari Bani Umayyah bin Zaid, yaitu termasuk bagian ‘Awali Madinah. Kami biasa saling bergantian menemui Rasulullah SAW. Dia dan aku mampir di rumah belaiau masing-masing satu hari sekali. Kalau aku yang mampir, aku segera datang memberitahunya tentang berita wahyu atau berita lain pada hari itu. Demikian juga kalau dia yang mampir, dia melakukan hal yang sama.”
Dalam Mu’jamul Buldan disebutkan, “Kata ‘awali’ adalah jamak dari kata ‘ali’ yang artinya tinggi, lawan kata rendah. Itu adalah nama suatu lokasi berjarak empat atau tiga mil dari kota Madinah. Dan itu bagian terdekatnya, sedangkan bagian terjauhnya delapan mil.”[17]
As-Samhudi menjelaskan, “Yang jelas bahwa yang terletak di arah kibat dari kota Madinah sejauh satu mil, dua mil atau lebih dari Masji Nabawi, itu disebut ‘Aliyatul Madinah. Berdasarkan hal itu, maka ‘Awali Madinah juga mencakup Masjid Quba’ dan dusun-dusun di sekitarnya. Wilayah itu tetap dikenal sebgai ‘awali, bahkan sudah dicantumkan dalam peta geografis kota Madinah, dengan sebutan yang sama.”[18]
Dalam ‘Umdatul Qari’ disebutkan “Yang dimaksud dengan ‘aliyah adalah beberapa perkampungan yang terletak di dataran tinggi kota Madinah, yaitu arah ke Najed.”[19]
Ibnu Bulaihid menandaskan, “Yang dimaksud dengan ‘awali adalah lokasi yang sudah dikenal, mulai dari lembah-lembah terbuka (dekat Madinah).”[20]
Riwayat Tentang Keutamaan Kurma ‘Ajwah Dan Terapi Dengan Kurma Tersebut
Banyak hadits yang menunjukkan keutamaan kurma a’wah kota Madinah yang menjelaskan tentang pengaruh dan khasiatnya dalam kedokteran ala Nabi, yakni mencegah racun dan sihir bagi yang mengonsumsi setiap pagi dalam setiap harinya. Diantara riwayat tersebut adalah sebagai berikut :
1. Diriwayatkan dari ‘Amir bin Sa’ad bin Abi Waqqash dari ayahnya bahwa ia menuturkan; Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa yang setiap pagi menyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah, maka ia tidak akan terkena bahaya racun dan sihir pada hari tersebut”[21].
2. Masih diriwayatkan dari ‘Amir bahwa Nabi SAW bersabda :
“Barangsiapa yang menyantap setiap paginya beberapa butir kurma ‘Ajwah, tidak akan terkena bahaya racun dan sihir pada hari tersebut hingga malam harinya”.[22]
3. Masih diriwayatkan dari ‘Amir bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang setiap paginya beberapa butir kurma ‘Ajwah dari kurma ‘Aliyah (Madinah), tidak akan terkena bahaya racun dan sihir pada hari tersebut.” (HR. Bukhari dan Muslim)
4. Sementara dalam sebagian riwayat lain disebutkan, “Barangsiapa yang menyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah antara dua dua labah (tanah berbatu hitam) dipagi hari, ia tidak akan terkena bahaya racun dan sihir hingga sore harinya.” (HR. Muslim)
5. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa Rasulullah bersabda, Kurma ‘Ajwah dari ‘Aliyah (Madinah) mengandung obat atau itu merupakan obat untuk menangkal racun dipagi hari.”[23]
6. Dari Amir bin Sa’ad dari ayahnya bahwasanya Rasulullah bersabda, “Barangsiapa yang menyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah antara dua dua labah (tanah berbatu hitam) dipagi hari, ia tidak akan terkena bahaya racun dan sihir hingga sore harinya.”
Fulaih menjelaskan “Aku pun meyakini bahwa beliau juga bersabda, “Dan jika ia menyantap kurma itu disore hari, ia tidak akan terkena bahaya apa pun hingga pagi harinya.” Umar berkata, “Lihat, wahai Amir, hadits apa yang engkau sampaikan dari Rasulullah!” amir menjawab, “Demi Allah, aku tidak berdusta atas nama Sa’ad dan Sa’ad juga tidak berdusta atas nama Rasulullah.”[24]
7. Diriwayatkan dari Jabir bin Abdillah secara marfu’:
“Kurma ‘Ajwah itu berasal dari surga dan ia adalah obat dari segala racun.”[25]
8. Diriwayatkan dari Abdullah bin Buraidah dari Nabi bahwa beliau bersabda, “Jamurtruffle adalah obat penyakit mata. Sementara kurma ‘Ajwah sendiri adalah buah surga.[26]
9. Diriwayatkan dari Aisyah bahwa ia pernah memerintahkan untuk menyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah dalam tujuh hari setiap paginya.” Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani sebagaimana diriwayatkan pula oleh Ibnu Adi melalui Ath-Thafawi secara marfu’ dari Nabi[27]
10. Diriwayatkan Sa’ad bin Abi Waqqash bahwa ia menuturkan, “Suatu saat aku sedang sakit kemudian rasulullah datang menjengukku. Lalu beliau meletakkan tangannya diantara dada kanan dan dada kiriku sehingga aku merasakan hawa dingin merasuk dalam hatiku. Beliau bersabda, Sesungguhnya engkau menderita sakit lever, temuilah Al Harits bin Kildah dari Bani Tsaqif karena dia seorang tabib. Suruh dia mengambil 7 kurma ‘Ajwah kota Madinah, tumbuk dan suruh dia menyuapkannya kedalam mulutmu.”[28]
11. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa ia menuturkan, “Kurma yang paling disukai oleh rasulullah adalah kurma ‘Ajwah.”[29]
Hikmah pengutamaan kurma ‘Ajwah dengan khasiat mampu menolak racum dan sihir dibandingkan dengan semua jenis kurma lain. Diriwayatkan hadits dari Nabi yang menjelaskan hal itu secara jelas. Hanya saja, rahasia keutamaan kurma ‘Ajwah itu masih menjadi persoalan controversial. Oleh sebab itu, para pakar berupaya menyingkap rahasia tersebut. Cukup banyak pendapat yang ada dan sebaiknya kami paparkan sebagian pendapat itu sesuai urutan tersebut :
Pertama : Yang berpandangan hikmah itu tersembunyi
Al Qurthubi menjelaskan, “Hadits-hadits itu secara eksplisit menunjukkan karakteristik khusus kurma ‘Ajwah sebagai penolak racun dan pengusir sihir. Makna umumnya dialihkan menjadi khusus.[30] Keberadaan kurma ‘Ajwah sebagai obat secara spesifik tidak dapt diqiyaskan secara teoritis belaka.[31]
Imam An-Nawawi menjelaskan, “Dikhususkannya kurma ‘Ajwah Madinah termasuk perkara yang menjadi rahasia Allah. Kita tidak mengetahui segala hikmah sehingga hal tersebur harus diamini dan diyakini keutamannya serta adanya hikmah didalamnya.”[32]
Kedua : Yang berpandangan Hikmah itu disebabkan oleh berkah doa Nabi untuk kebaikan Kota Madinah dan kurmanya.”[33]
Al Khatthabi menuturkan, “Keberadaan kurma ‘Ajwah berkhasiat mengatasi racun dan sihir itu termasuk berkas dari doa nabi untuk kurma Madinah bukan karena karakter khusus dalam kurma tersebut.[34]
Al-Muzhir menuturkan, “Bisa jadi itu berlaku untuk kurma tertentu yang memang dapat menolak racun dan sihir. Dan bisa jadi juga Nabi mendoakan jenis kurma itu secara khusus agar mendapat berkas karena memang kurma itu mengandung obat.”[35]
At Thayyibi menuturkan, “Dikhususkannya kota Madinah, mungkin karena kota itu memiliki berkah yang muncul karena doa Nabi dan juga karena kurmanya lebih cocok untuk sistemmetabolisme Sa’ad karena ia tinggal di kota tersebut.”[36]
Ketiga : Yang Berpandangan Hikmah Itu Khusus Bagi Kurma ‘Ajwah
Al Mubarakfuri menjelaskan tentang hadits kurma ajwah yang dimaksud adalah menjelaskan keutamaan kurma ajwah dibandingkan seluruh jenis kurma lain. Ia bisa dikatakan sebagai kurma Hijaz yang paling berkualitas secara umumnya. Bisa juga karena keistimewaan kurma ini berkat doa Nabi. Ibnu Hajar menukil pendapat itu dari sebagian ulam.”[37]
Ibnu Qayyim kembali menjelaskan, saat menuturkan pentunjuk nabi dalam mengobati penyakit lever, yakni orang yang mengeluh sakit dalam hatinya, “Kurma mengandung khasiat ajaib untuk mengobati penyakit ini, terutama sekali kurma Madinah, dan lebih khusus lagi kurma ‘Ajwah.”[38]
Keempat : Yang Berpandangan Bahwa Hikmah Itu Karena Kurma ‘Ajwah Ditanam oleh Tangan Nabi SAW
Ibnu Atsir menjelaskan, “Kurma ‘Ajwah adalah jenis kurma yang bentuknya lebih besar dari kurma Shaihani, cenderung berwarna hitam, ditanam oleh Nabi SAW sendiri dengan tangan beliau di kota Madinah.”[39]
Diantara tanaman yang ditanam sendiri oleh Rasulullah SAW dengan tangan beliau adalah yang tersebut dalam kisah keislaman Salman Al-Farisi ra, seperti yang diriwayatkan oleh Baihaqi dalam Dala’ilun Nubuwwah.[40] Diriwayatkan dai Buraidah ra bahwa saat ia (Salman) datang ke kota Madinah, ia membawa hadiah yang diletakkan dalam sebuah nampan kecil, lalu ia menaruhnya di hadapan Rasulullah SAW. Beliau bertanya, “Apa itu, wahai Salman?” Ia menjawab, “Ini sedekah untuk baginda dan untuk para sahabat baginda.” Beliau bersabda, “Sesungguhnya aku tidak memakan sedekah.” Lalu beliau mengangkat nampan itu. Keesokan harinya, Salman datang lagi membawa hadiah yang sama, dan meletakkannya di hadapan beliau. Maka beliau bertanya, “Apa ini?” Ia menjawab, “Hadiah untuk baginda dan untuk para sahabat baginda.” Beliau lalu berkata kepada para sahabatnya, “Makanlah.” Para sahabat bertanya, “Engkau budak siapa?” Salman menjawab, “Milik sekelompok orang. “Rasulullah SAW bersabda, “Mintalah kepada mereka untuk membebaskanmu dengan mukatabah (yakni dengan dicicil olehnya).” Salman mengungkapkan, “Lalu mereka pun membebaskanku dengan cara mukatabah, yakni aku harus menanamkan pohon kurma untuk mereka sejumlah sekian dan sekian.” Akhirnya Salman mulai mengerjakan proses penanaman pohon-pohon kurma tersebut, hingga tercangkok. Lalu datanglah Rasulullah SAW dan menanam seluruh pohon tersebut, kecuali satu pohon yang tersisa. ‘Umar yang kemudian menanamkan pohon itu. seluruh pohon itu di cangkok dan ditanam pada tahun itu, kecuali satu pohon itu saja. Rasulullah SAW bertanya, “Siapa yang menanam pohon ini? Mereka menjawab, “Umar.” Rasulullah SAW menanam kurma itu dengan tangan beliau sendiri, dan tumbuh pada tahun itu juga.” Hadits ini diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad. Al-Haitsami berkomentar, “Para rawinya adalah rawi dengan derajat shahih.” Imam Ahmad menambahkan, “Rasulullah SAW bersabda kepadaku (yakni Salman), ‘Carilah kebebasanmu, hai Salman!’ maka aku pun menebus kebebasanku dari kedua tuanku, dengan menanamkan tiga ratus pohon kurma.”[41]
Kelima : Yang Berpandangan Kurma ‘Ajwah Berasal dari Surga
Diriwayatkan dalam hadits bahwa Nabi SAW bersabda, “Kurma ‘Ajwah itu berasal dari surge, dan ia merupakan obat dari segala racun.” (HR. Tirmidzi yang sekaligus menyatakan sebagai hadits hasan gharib)
Al-Munawi menjelaskan, “Yakni, kurma ‘Ajwah ini menyerupai kurma ‘Ajwah surge, dalam bentuk dan namanya; soal rasa dan kelezatan, tentu saja tidak.”[42]
Kemungkinan, letak keistimewaan kurma ‘Ajwah dibandingkan seluruh jenis kurma lainnya adalah pada realitas bahwa ia dapat menangkal racun dan sihir. Itulah yang membuatnya berbeda dari yang lain, ditambah lagi kriterian bahwa ia berasal dari surge. Wallahu a’alam.
Pembaca telah mengetahui sendiri bahwa menurut para ulama, hikmahnya sangat bervariasi, namun satu sama lain tidak menafikan. Yang menjadikan kurma ‘Ajwah begitu istimewa boleh jadi karena ditanam sendiri oleh Nabi SAW. Bisa pula karena tercakup dalam doa beliau agar kota Madinah dan kurmanya diberkahi. Kemungkinan lain, karena dalam kurma tersebut terdapat ciri-ciri kurma ‘Ajwah surge. Dan bisa jagi, karena itu merupakan keistimewaannya tersendiri yang belum diketahui hikmahnya oleh seorang pun. Hanya Allah yang tahu, namun kita tentu meyakini akan hal itu. kesimpulannya, semua hikmah telah terhimpun dalam kurma ‘Ajwah karena kemuliaan dan keistimewaannya. Wallahu a’alam.
Ciri-ciri Kurma ‘Ajwah
Kurma ‘Ajwah termasuk jenis kurma Madinah. Ukurannya lebih besar dari kurma shaihani. Warnanya hitam.
Memang kurma ‘Ajwah termasuk kurma Madinah, bahkan yang paling lembut. Pohonya disebut linah (kurma lembut). Allah SWT berfirman:
“Apa saja yang kamu tebang dari linah (pohon kurma) …” (al-Hasyr [59]: 5)
Abu Hanifah ra menjelaskan, “Kurma ‘Ajwah di Hijaz disebut Ummut Tamr (induk kurma). Ke sanalah semua jenis kurma itu bermula.
Al-Munawi menjelaskan, “Kurma ‘Ajwah adalah jenis kurma paling berkualitas.” Sementara dalam kitab Al-Mirqah disebutkan, “Kurma ‘Ajwah adalah kurma berkualitas dari kota Madinah. Warnanya hitam.”[43]
Uhaihah bin Al-Jallah pernah ditanya, “Makanan apa yang engkau persiapkan untuk musim dingin?” Beliau menjawab, “Tiga ratus enam puluh sha’ kurma ‘Ajwah.”[44]
Ibnu Qayyim ra menjelaskan, “Kurma ‘Ajwah adalah salah satu jenis kurma Madinah, dan termasuk kurma Hijaz paling berkhasiat. Kurma ‘Ajwah termasuk jenis kurma terbaik yang lezat. Ia bisa mengokohkan dan memperkuat tubuh. Ia termasuk kurma paling lembut, paling berkualitas dan paling enak.”[45]
Jenis kurma yang satu ini masih ada hingga sekarang. Ia bisa didapatkan di pasar-pasar kota Madinah, dengan ciri yang sama, namun dengan harga yang tinggi. Kurma ‘Ajwah, seperti juga kurma-kurma lain, memiliki ukuran yang berbeda-beda. Namun kebanyakan berukuran sedang. Masing-masing memiliki harga berbeda-beda.
Penulis juga pernah melihat berbagai jenis kurma ‘Ajwah yang dijual di pasar kurma di kota Madinah dalam jumlah besar, sesuai dengan kondisi pada saat itu; masa panen kurma. Kurma itu memang diangkut dalam jumlah besar, karena termasuk kurma favorit di kalangan pelaksanan ibadah haji dan para pengunjung kota Madinah.[46] Mereka sengaja menyantapnya sebagai obat.
Bin Muhsin Powder Datse LollenSerbuk pucuk bunga kurma dipercaya manjur bisa mengatasi:* Kemandulan bagi suami istri* Menambah hormon laki-laki dan menambah jumlah serta mengentalkan sperma laki-laki* Menambah keharmonisan pasutri* Menambah stamina* Menambah kemampuan seksual* Mempermudah kehamilan secara ajaib Dapat dibeli secara online di www.binmuhsingroup.com Situs resmi www.binmuhsinpowderdatselollen.blogspot.com UNTUK KOLSUNTASI DAN PEMESANAN SILAHKAN HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendsterbinmuhsin_group@yahoo.co.id
Melakukan Terapi dengan Menyantap
Kurma ‘Ajwah Setiap Pagi Saat Perut kosong
Tentang khasiat khusus dari menyantap tujuh butir kurma disebutkan secara muqayyad (terikat) dengan cara memakannya khusus di pagi hari saat lambung masih kosong 9belum kemasukan makanan).[47] Dalilnya adalah sabda Nabi SAW, “Barang siapa yang setiap pagi…”. Caranya adalah mengonsumsi kurma tersebut di waktu pagi, sebelum menyantap jenis makanan lainnya, saat kondisi perut yang masih kosong. Nabi SAW menjanjikan bahwa cara itu bisa menangkal bahaya racun dan sihir, bagi yang memang mengonsumsinya di pagi hari.
Rasulullah SAW bersabda :
“Barangsiapa menyantap tujuh butir kurma’Ajwah yang berasal di antara dua ‘labah’ (tanah berbatu hitam) kota Madinah dalam keadaan perut kosong (belum kemasukan makanan lain), ia tidak akan terkena bahaya sesuatu (racun) hingga sore harinya.”[48]
Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra menuturkan bahwa Rasulullah SAW bersabda :
“kurma ‘Ajwah daerah ‘Aliyah yang dikonsumsi di pagi hari ketika perut masih kosong dapat menjadi obat dari segala bentuk sihir dan racun.”[49]
Ibnu Hajar menjelaskan, “Yang jelas, memang cara mengonsumsinya dikhususkan pada pagi hari, karena pada saat itu umumnya makanan disantap saat perut kosong (sebelum menyantap makanan lain).”[50]
Puncak dari pengaruh kurma ‘Ajwah bagi yang mengonsumsinya di pagi hari, akan dapat dirasakan di awal malam, setelah tenggelam matahari pada hari itu juga. Seperti disebutkan dalam hadits, “Barangsiapa menyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah di pagi hari, ia tidak akan terkena bahaya racun dan sihir pada hari tersebut hingga malam harinya.[51](HR. Bukhari).
Oleh sebab itu, dapat ditarik sebuah kesimpulan dari hadits di atas bahwa disebutkannya keumuman ‘hari’ adalah mulai dari terbitnya fajar atau matahari hingga tenggelamnya matahari, namun tidak harus sampai malam.[52]
Barangsiapa yang mengharapkan khasiat dari kurma ‘Ajwah, maka hendaknya ia menyantapnya dipagi hari, sebelum menyantap makanan apa pun. Karena khasiatnya dalam kondisi demikian lebih terlihat nyata, sebagaimana disebutkan dalam riwayat shahih dari Nabi SAW. Beliau yang tidak pernah berbicara dengan hawa nafsunya, namn semata-mata berdasarkan wahyu saja. Adapun berbagai riwayat yang menyebutkan secara umum tentang khasiat memakan kurma ‘Ajwah, ditafsirkan secara khusus untuk mengorelasikan antara hadits-hadits yang ada. Wallahu a’alam.
Apakah Menyantap Kurma ‘Ajwah di Malam Hari
Dapat Menangkal Racun dan Sihir?
Riwayat yang shahih dari beliau SAW, membuktikan hal itu bagi orang yang menyantapnya di pagi hari ketika perut masih kosong (sebelum diisi dengan jenis makanan lain), seperti pengertian hadits-hadits yang ada secara eksplisit. Namun, apakah khasiat itu dapat dihasilkan oleh orang yang menyantapnya di malam hari untuk menangkal bahaya racun dan sihir, hingga pagi harinya. Dalam hal ini, ada dua pendapat.
Ibnu Hajar ra mengatakan, “Yang jelas, memang cara mengonsumsinya dikhususkan pada pagi hari, karena pada saat itu umumnya makanan disantap saat perut kosong (sebelum menyantap makanan lain). Namun, bisa jadi hukum itu juga bisa berlaku bagiorang yang mengonsumsinya pada malam hari dengan catatan disantap saat perut kosong, seperti untuk orang yang (berbuka) puasa.”
‘Aini menolak kemungkinan tersebut, dengan hadits Abu Mulaikah, “Ia mengandung obat dipagi hari atau penangkal racun.”
Cara mengonsumsinya dikhususkan di pagi hari saja, sehingga khasiat tersebut tidak akan didapatkan bagi yang mengonsumsi beberapa butir kurma di malam hari.
Akan tetapi, Imam Ahmad ra menyebutkan riwayat yang mendukung kemungkinan tersebut. Diriwayatkan dari ‘Amir bin Sa’ad, dari ayahnya, bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda:
“Barangsiapa menyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah yang berasal dari antara dua ‘labah’ (tanah berbatu hitam) kota Madinah dalam keadaan perut kosong (belum kemasukan makanan lain), ia tidak akan terkena bahaya racun hingga sore harinya.”
Fulaih menjelaskan, “Aku berkeyakinan bahwa beliau juga bersabda, ‘Dan jika ia menantap kurma itu di sore hari, ia tidak akan terkena bahaya apa pun hingga pagi harinya’.” ‘Umar berkata, “Lihat, wahai ‘Amir, hadits apa yang engkau sampaikan dari Rasulullah! ‘Amir menjawab, “Demi Allah, aku tidak berdusta atas nama Sa’ad, dan Sa’ad juga tidak berdusta atas nama Rasulullah SAW.”[53]
Seiring dengan penjelasan itu, diharapkan orang yang menyantapnya di malam hari saat perut kosong sebelum mengonsumsi jenis makanan lain, seperti halnya orang yang berpuasa, juga dapat memperoleh keutamaan tersebut. Terutama sekali karena juga diriwayatkan bahwa kurma’Ajwah itu sendiri adalah obat dari racun tanpa ada pengkhususan waktu mengonsumsinya. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, ia berkata, bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Kurma ‘Ajwah itu berasal dari surge, dan ia mengandung obat terhadap racun. Sementara jamur truffle itu termasuk anugerah, dan airnya adalah obat penyakit mata.”[54]
Bin Muhsin Powder Datse LollenSerbuk pucuk bunga kurma dipercaya manjur bisa mengatasi:* Kemandulan bagi suami istri* Menambah hormon laki-laki dan menambah jumlah serta mengentalkan sperma laki-laki* Menambah keharmonisan pasutri* Menambah stamina* Menambah kemampuan seksual* Mempermudah kehamilan secara ajaib Dapat dibeli secara online di www.binmuhsingroup.com Situs resmi www.binmuhsinpowderdatselollen.blogspot.com UNTUK KOLSUNTASI DAN PEMESANAN SILAHKAN HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendsterbinmuhsin_group@yahoo.co.id
Apakah Khusus Kurma ‘Ajwah Madinah yang Berfaedah
Menangkal Racun dan Sihir, ataukah Secara Umum; Kurma
Madinah dan Lainnya?
Ada beberapa pendapat ulama dalam soal ini, didasari oleh berbagai riwayat hadits tentang kurma ‘Ajwah. Karena sebagian diantaranya bermakna umum, sementara sebagain lagi berkonotasi khusus untuk kurma ‘Ajwah Madinah saja. Seiring dengan adanya perbedaan pendapat itu, akan kita paparkan beberapa pendapat mengenai hal ini agar kita bisa mengerti.
Pertama : pendapat bahwa khasiat itu khusus bagi kurma ‘Ajwah Madinah. An-Nawawi menjelaskan, “Hadits itu memiliki indikasi khusus untuk kurma ‘Ajwah madinah saja.”[55] Al-Munawi berpendapat, “Bahkan itu tidak bersifat umum untuk semua jenis kurma ‘Ajwah, namun khusus untuk Kurma ‘Ajwah Madinah saja, dengan dalil hadits Muslim, ‘Barangsiapa yang menyantap tujuh butir kurma antara dua labah…’. Yakni dua ‘labah’(tanah berbatu hitam) yang menglilingi kota Madinah.[56] Bisa disebut dengan dua perkampungan di samping kota Madinah, karena kota Madinah terletak antara dua perkampungan.[57]
Al-Qurthubi menjelaskan, “indikasi umum dari kedua riwayat itu diberikan pengkhususan oleh riwayat lain. Dalam riwayat-riwayat ini di sebutkan kurma ‘Ajwah secara umum, tapi yang dimaksud adalah kurma ‘Ajwah Madinah. Dikhususkannya sebagian jenis buah-buahan pada sebagian tempat dengan hal khusus tidaklah aneh. Ini termasuk bentuk kekhususan yang tidak dapat dipahami semata-mata dengan analogi secara teoritis.[58]
Ibnu Qayyim menjelaskan, “Khasiatnya sebagai penangkal racun dan sihir hanya khusus pada kurma Madinah, karena nilai berkahnya yang agung. Jadi hal itu tidaklah bersifat umum untuk semua jenis kurma.”[59]
Kedua : khusus kurma ‘Ajwah ‘Aliyah saja. Diriwayatkan dari ‘Aisyah bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Kurma ‘Ajwah dari ‘Aliyah [60] mengandung obat, atau ia adalah penangkal racun di pagi hari.”[61]
Ibnu Hajar menjelaskan, “Abu Dhamrah dalam sebuah riwayat memberikan tambahan kriteria ‘tempat’. Lafal hadits yang diriwayatkan, ‘Barangsiapa penyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah dari kurma ‘Aliyah setiap pagi...’.”[62]
Dalam riwayat Daruquthni disebutkan, ”Barangsiapa menyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah dari ‘Aliyah dalam keadaan perut kosong…dst.”[63]
Oleh sebab itu, sebagian ulama berpendapat bahwa khasiat itu hanya berlaku pada kurma ‘Ajwah ’Aliyah saja.
Ibnu Qayyim menjelaskan, “Kurma ‘Aliya memang kurma paling berkualitas.”[64]
Ketiga : pendapat bahwa itu khusus bagi seluruh kurma Madinah, baik jenis ‘Ajwah maupun tidak.
Diriwayatkan dari Sa’ad bi Abi Waqqash bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa menyantap tujuh butir kurma yang berasal dari antara dua ‘labah’ (tanah berbatu hitam) kota Madinah, di pagi hari, ia tidak akan terkena bahaya racun hingga sore harinya.”[65]
Imam Muslim dalam Shahihnya, memasukkannya ke dalam bab “Keutamaan Kurma Madinah”.
Ibnu Qayyim menjelaskan, “itu memang khusus untuk kurma Madinah saja, karena demikian besar berkahnya dibandingkan seluruh jenis kurma yang lain.”[66]
Ibnu Qayyim juga menjelaskan, “Hadits ini, yakni hadits tentang berobat menggunakan kurma ‘Ajwah, dari segi obyeknya, yang diinginkan adalah makna khusus, seperti bagi para penduduk Madinah dan sekitarnya saja. Tidak diragukan lagi bahwa lokasi-lokasi yang ada amatlah berpengaruh pada khasiat obat-obatan yang ada bagi para penduduknya, dibandingkan dengan lokasi lain. Sehingga, suatu obat yang tumbuh di tempat tertentu, berkhasiat mengobati penyakit. Sementara kalau obat itu tumbuh di lokasi lain, tidak akanberkhasiat seperti itu, karena pengaruh tanah atau udara setempat, atau bisa jadi karena kedua-duanya. Karena tanah memiliki beberapa keistimewaan dan karakter yang nyaris mirip dengan perbedaan karakter manusia. Sehingga banyak sekali jenis tumbuhan yang di suatu negeri merupakan makanan, bisa dihidangkan sebagai makanan, namun di negeri lain justru menjadi racun mematikan. Semerntara itu, jumlah kurma yang tujuh butir itu berkhasiat di negeri ini (Madinah), di daratan ini sendiri, untuk mengatasi racun dan sihir, serta berbagai hal spesifik lainnya.”[67]
‘Iyyadh menjelaskan, “Itu khusus berlaku bagi kurma ‘Ajwah ‘Aliyah, dan segala jenis kurma yang ada di apitan dua labah.”[68]
Keempat : pendapat bahwa khasiat itu khusus di zaman Nabi Saw. Ibnu At-Tin menjelaskan, “Bisa jadi yang dimaksud dengan pohon kurma itu khusus yang berada di Madinah yang kini sudah tidak dikenal lagi. Dan bisa jadi pula, itu bahkan khusus hanya di zaman Nabi SAW saja. Namun yang demikian itu berseberangan dengan penjelasan ‘Aisyah tentang hal itu, sesungguhnya Rasulullah SAW wafat.”
Diriwayatkan dari Hisyam bi ‘Urwah, dari ayahnya, dai ‘Aisyah bahwa dahulu, ia pernah memerintahkan para sahabat menyantap tujuh butir kurma ‘Ajwah setiap pagi higga tujuh hari. (Dikeluarkan oleh Thabrani)[69]
Al-Khaththabi menjelaskan, sebagai bantahan terhadap pendapat bahwa khasiat itu hanya khusus di zaman Nabi SAW sana, denga menegaskan, “Bahwa sesudah Rasulullah SAW wafat, ‘Aisyah menggambarkan bentuk kurma tersebut. Itu dapat membantah pendapat yang mengatakan bahwa kurma itu hanya ada di zaman Nabi SAW.[70]
Kelima : pendapat orang yang berpandangan bahwa kurma secara umum dapat menangkal racun dan sihir. Ibnu Baz ra menjelaskan, “Diharapkan bahwa Allah menciptakan khasiat juga pada semua jenis kurma, bila disantap tujuh butir setiap pagi. Bisa jadi Nabi SAW memang menyebutkan keutamaan khusus dari ciri khusus bagi kurma Madinah. Namun hal itu tidak menghalangi adanya khasiat tersebut pada berbagai jenis kurma lainnya yang telah diisyaratkan oleh beliau SAW. Bahkan kami yakin bahwa pada sebagian riwayat juga disebutkan, ‘…kurma…’, tanpa disebutkan kriteria khusus.”[71]
Sejalan dengan pendapat itu, sebagian ulama memahami berbagai riwayat yang umum dengan penjelasan riwayat khusus. Dan itu dikhususkan dengan kurma ‘Ajwah Madinah saja. Ini merupakan kaidah dalam ushul fiqih, memahami dalil-dalil umum dengan penjelasan dalil khusus, untuk mengorelasikan antara dalil-dalil yang ada.
Mereka yang berpendapat bahwa penangkalan racun dan sihir itu bisa dilakukan dengan segala jenis kurma Madinah, bai ‘Ajwah atau jenis lainnya, bertujuan mengamalkan seluruh hadits yang ada.
Yang benar, wallahu a’alam, adalah pendapat yang dikuatkan oleh Al-Munawi.[72] Beliau menegaskan, “Yang benar adalah pendapat yang menyatakan bahwa hal itu khusus untuk kurma “Ajwah Madinah dan sekitarnya. Karena ucapan itu ditujukan kepada mereka, sehingga termasuk bentuk ungkapan umum, namun bertujuan khusus. Terkadang, sesuatu menjadi obat bagi penduduk sekitar atau tempat sesuatu itu berada, namun di tempat lain justru menjadi racun mematikan.”
Keistimewaan Jumlah Tujuh Butir Saat Sarapan Pagi dengan Kurma ‘Ajwah
Rasulullah bersabda, “Barangsiapa menyantap tujuh butir kurma di pagi hari …dst.”
Secara eksplisit, hadits ini menunjukkan bahwa racn dan sihir tidak hanya dapat ditangkal dengan tujuh butir kurma, tidak kurang, tidak lebih. Dikhususkannya jumlah tersebut menyebabkan sebagian ulama mencoba meneliti rahasia dan misteri Ilahi di baliknya. Karena bisa jadi, mereka dapat memahami hikmah dari batasan angka tujuh tersebut.
Ibnu Hajar ra menjelaskna, “Adapun keistimewaan angka tujuh secara eksplisit menunjukkan adanya rahasia di balik itu. karena kalau tidak, tentu dianjurkan untuk disantap dalam jumlah ganjil saja.”[73]
Sementara Imam An-Nawawi menjelaskan, “Adapun dikhususkannya dengan jumlah tujuh butir, maka kita tidak mampu mengerti makna yang terkandung di dalamnya, sebagaimana halnya dengan jumlah bilangan shalat dan nishab zakat.[74]
Beliau juga menuturkan, “Dikhususkannya kurma ‘Ajwah Madinah dan harus dalam jumlah tujuh butir sebagaiman dijelaskan oleh Allah, sungguh tidak kita ketahui hikmahnya, sehingga harus diimani dan diyakini keutamaannya, juga adanya hikmah di baliknya.”[75]
Al-Qurthubi menjelaskan. “Adapun kekhususan jumlah terebut, telah ada dalambanyak riwayat dalam bab pengobatan (ath-thibb), seperti hadits, Curahkan air kepadaku dari tujuh geriba.”[76] Juga sabda Nabi SAW kepada orang yang terkena sakit lever, yang beliau sarankan untuk berobat kepada Al-Harits bin Kildah dengan lumuran tujuh butir kurma.[77] Beliau juga pernah memohonkan perlindungan kepada Allah sebanyak tujuh kali, dalam kasus lain.[78] Adapaun selain dalam bab pengobatan, masih banyak lagi disebutkan ‘angka tujuh’, dalam konteks pengobatan. Semua itu adalah karena adanya keistimewaan pada angka itu yang hanya diketahui oleh Allah, atau orang yang diberitahu rahasianya oleh Allah.”[79]
Ada yang berpendapat bahwa bilangan angka tujuh itu bertujuan untuk mengkombinasikan antara bilangan-bilangan ganjil dengan bilangan-bilangan genap, karena bilangan angka tujuh lebih dari separuh angka sepuluh, sehingga memuat tiga angka ganjil, yakni satu, tiga dan lima; juga memuat tiga angka genap, yakni dua, empat dan enam. Itu adalah gambaran dari bilangan untuk mencuci bejana yang dijilat oleh anjing, tujuh kali.[80]
Al-Khaththabi menjelaskan, “adapaun pengkhususan bilanga tujuh, secara eksplisit itu jelas karena ada rahasia di baliknya.[81]
Ibnu Qayyim ra bahkan menjelaskan secara panjang lebar tentang hikmah dari pengkhususan angka tujuh tersebut.[82] Di antara penjelasan beliau misalnya, “Adapun keistimewaan angka tujuh, sungguh secara takdir dan menurut syariat, memang jelas ada. Allah menciptakan tujuh lapis langit, demikian juga bumi. jumlah hari dalam sepekan juga tujuh hari. Manusia disempurnakan proses ciptaannya dalam tujuh fase. Allah menetapkan bagi para hambaNya untu berthawaf, sa’I antara Shafa dan Marwah juga tujuh kali putaran. Melepar jumrah masing-masing tujuh kali. Takbir shalat ‘Id di rakaat pertama juga tujuh kali.’ Kemudian beliau melanjutkan, “Tidak diragukan lagi bahwa angka tujuh di sini memiliki ‘ciri khas’. Tujuh meliputi berbagai makna sebuah bilangan dengan segala ciri khasnya…”. Kemudian beliau melanjutkan, “kalangan medis banyak mencermati bilangan tujuh ini, terutama sekali di Bahrain.”
Aprocates menandaskan, “Segala sesuatu dialam semesta ini tertakar dalam tujuh bagian.”
Lalu ibnul Qayyim menutup pembahasannya dengan mengatakan, “Allah lebih mengatahui tentang hikmah dan syariat yang ditetapkannya dalam mengkhususkan jumlah ini. Bisa jadi karena dasar pengertian itu, atau bisa jadi karena alasan lain?
Jumlah tujuh butir dari kurma tersebut, untuk para penduduk negeri ini, dan dengankondisi tanah yang terdapat di dalamnya, jelas berkhasiat mengatasi racun dan sihir. Yakni mencegah orang-orang khusus yang terserang olehnya. Pernyataan itu, yang seandainya dilontarkan oleh aprocates atau Gelenius, atau kalangan medis (klasik) lainnya, tentu akan diterima oleh kalangan medis dengan pasrah, tunduk dan tanpa komentar. Padahal bila mereka yang mengatakannya, jelas hanya berdasarkan prediksi, perkiraan dan dugaan belaka. Lalu, seandainya itu diucapkan oleh orang yang seluruh ucapannya adalah berupa keyakinan, kepastian, hujah yang nyata dan wahyu yang sempurna, tentu harus lebih diterima dengan pasrah dan penuh peneriaan, tanpa menggugat lagi. Mengacu pada pendapat itu, berbagai penelitian dan eksperimen medis modern membuktikan bahw mengonsumsi tujuh butir kurma ‘Ajwah memang dapat menangkal racun dan sihir. Sudah seratus dua puluh buku diterbitkan, kesemuanya membahas persoalan itu. sehingga, tidak ada pertentangan antara hadits dengan ilmu medis. Tanda ini menunjukkan kebenaran kenabian beliau SAW.”
Kurma ‘Ajwah Menurut Kedokteran Modern
Berbagai eksperimen ilmiah yang telah dilakukan membuktiakan seberapa jauh pengaruh mengonsumsi tujuh butir kurma untuk menangkal racun yang masuk ke dalam tubuh. Karena racun dalam tubuh biasanya didorong oleh enzim dalam lever. Tapi saat seseorang mengonsumsi tujuh butir kurma ‘Ajwah selama satu bulan setiap harinya, didapati bahwa enzim itu mulai berkurang, dan kembali normal seperti sedia kala. Kurma ‘Ajwah juga bisa menangkal racun dosis tinggi.
Penelitian juga dilakukan terhadap orang-orang yang cenderung banyak bersentuhan dengan racun, misalnya mereka yang biasa bekerja dengan bubuk-bubuk mesiu, sperti di pabrik batu baterai. Karena mereka kerap menghadapi masalah cadmium. Yakni istilah untuk salah satu unsur berat yang apabila meracuni tubuh bisa menyebabkan gagal ginjal atau kendala kesehatan lainnya. Mengonsumsi tujuh butir kurma ‘Ajwah, bisa membentuk sel-sel anti racun dalam lever sehingga tetap aman.
Kurma ‘Ajwah dan Obat Penyakit Liver
Diriwayatkan dari Sa’ad bi Abi Waqqash ra bahwa ia menuturkan, “Suatu saat aku menderita sakit. Rasulullah Saw pun datang menjengukku. Lalu beliau melatakkan tangannya di antar dada kanan dan dada kiriku, sehingga aku merasakan hawa dingin merasuk ke dalam hatiku. Beliau bersabda, ‘Sesungguhnya engkau menderita sakit lever. Temuilah Al-Harits bin Kildah, saudara laki-laki Tsaqif, karena dia seorang tabib. Suruh dia mengambil tujuh butir kurma ‘Ajwah Madinah, lalu ditumbuk dan suruh dia mencekokkannya ke dalam mulutmu’.[83]
Rasulullah SAW menggambarkan kurma ‘Ajwah Madinah kepada Sa’ad bin Abi Waqqash, saat ia mengeluhkan penyakit dalam levernya, yakni bahwa hatinya terkena penyakit. Beliau memerintahkan dirinya untuk mengonsumsi kurma itu dengan jumlah tersebut, sesuai dengan resep obat itu.
Karena memang kurma memiliki khasiat menakjubkan terhadap penyakit itu, apalagi kurma Madinah, dan terlebih lagi kurma ‘Ajwah. Adapun jumlahnya yang tujuh butir, ternyata juga memiliki keistimewaan tersendiri, yang hanya bisa diketahui rahasianya berdasarkan wahyu. Ulasan tentang keistimewaan tersebut, telah dipaparkan sebelumnya.
Ibnul Qayyim ra menjelaskan, “Di antara syarat obat dapat berkhasiat bagi orang yang sakit yaitu adanya sugesti dan keyakinan bahwa obat itu berkhasiat, serta dapat diterima oleh kondisi alamiah tubuhnya. Maka hal itu harus dijadikan sebagai acuan untuk mengusir penyakit. Sehingga banyak sekali penyembuhan yang berhasil karena faktor keyakinan itu, ditambah dengan sugesti dan penyerahan diri secara pasrah. Masyarakat sudah menyaksikan berbagai keajaiban dalam hal itu. dan sekarang ini, kondisi alami tubuhnya amat dapat menerimanya, dan merasa senang dengan cara itu, sehingga energinya mencuat, untuk membantunya menyingkirkan gangguan tersebut.”
Beliau melanjutkan, “Tidak ada obat penyakit hatiyang lebih berkhasiat daripada Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah obat paling mujarah untuk penyakit tersebut, terapi sempurna yang tidak akan menyisakan sedikit pun penyakit tanpa disembuhkan. Sehingga hati menjadi sehat secara mutlah, serta dapat pula memberikan pencegahan secara optimal terhadap segala gangguan dan bahaya.”
Bin Muhsin Powder Datse LollenSerbuk pucuk bunga kurma dipercaya manjur bisa mengatasi:* Kemandulan bagi suami istri* Menambah hormon laki-laki dan menambah jumlah serta mengentalkan sperma laki-laki* Menambah keharmonisan pasutri* Menambah stamina* Menambah kemampuan seksual* Mempermudah kehamilan secara ajaib Dapat dibeli secara online di www.binmuhsingroup.com Situs resmi www.binmuhsinpowderdatselollen.blogspot.com UNTUK KOLSUNTASI DAN PEMESANAN SILAHKAN HUBUNGI :HP: 085227044550 Tlp: 021-91913103 SMS ONLY: 081213143797@MyYM @MyFacebook @MyTwitter @MyYuwie @MyFriendsterbinmuhsin_group@yahoo.co.id
[1] Syib Jaziratil ‘Arab Al-Hijaz, hlm. 66. Lihat juga Yatsrib Qablal Islam, hlm. 15, dan Mu’jamul Buldan (V:82)
[2] Tarikh Ma’alimil Madinah, hlm. 57, Mu’jamul amkintil Waridah Dzikruha fi Shahihil Bukhari, bab huru mim, hlm. 391.
[3] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab “Keutamaan Kota Madinah yang Bisa Menyingkirkan Banyak Orang”, hadits no. 1871.
[4] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab Thabah, hadits no. 1871
[5] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab Iman Merasuk ke Dalam Kota Madinah”, hadits no. 1876.
[6] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab”Dosa Orang yang Berbuat Makar di Kota Madinah”, hadits no. 1877.
[7] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab “Dajjal Tidak Akan Memasuki Kota Madinah”, hadits no. 1879
[8] Kalimat, “…mengkilapkan kota tersebut”, yakni diambil dari kta an-nushu’ yang berarti al-khulush (menjernihkan). Jadi, artinya adalah ia dapat menyingkirkan yang buruk, memilih yang bagus saja untuk tetap di dalamnya. Lihat Fathul Bari (IV:97)
[9] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha ‘ilul Madinah, bab “Kota Madinah Dapat Menyingkirkan Kotoran”, hadits no. 1883.
[10] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha ‘ilul Madinah, bab “Kota Madinah Dapat Menyingkirkan Kotoran”, hadits no. 1885
[11] Yang dimaksud “sha’ dan mud kota ini” adalah nama jenis takaran. Karena pada dasarnya yang beliau doakan adalah keberkahan makanan yang ditakar.
[12] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Al-Musnad,bab “Keutamaan Kota Madinah”, hadits no. 1360.
[13] Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad, bab “Keutamaan Kota Madinah”, (XXIII:255). Lihat juga Al-Fathur Rabbani dan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Beliau berkomentar, “Hadits ini hasan shahih.”
[14] Di keluarkan oleh Muslim dalam Kitab Al-Hajj, hadits no. 1367.
[15] Dikeluarkan oleh Muslim dalam Kitab Al-Hajj, hadits no. 1381
[16] Dikelurakan oleh Muslim dalam Kitab Al-Hajj, hadits no. 1381.
[17] Lihat Mu’jamul Buldan (lafazh Madinah)
[18] Lihat Mu’jamul Amkinatil Waridah fi Shahihil Bukhari, hlm. 230
[19] Lihat Umdatul Qari’ (XI: 420), dan juga Fathul Bari (239).
[20] Shahihul Akhbar oleh Ibnu Bulaihid (V:64).
[21] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Ath-Thibb, bab “Berobat dengan Kurma ‘Ajwah untuk Mengatasi Sihir” hadits no. 5769. Dan diriwayatkan pula oleh muslim dalam Kitab Al-Asyiribah, bab “Keutamaan Kurma-kurma Madinah”, hadits no. 2047.
[22] Dikeluarkan oleh Bukhari dalam bab yang sama dengan sebelumnya, hadits no. 5768
[23] Diriwiayatkan oleh Muslim pada bab yang sama, hadits no. 2047 dan hadits no. 2047
[24] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Al-Musnad. Lihat pula Al-Fathur Rabbani, bab “Riwayat tentang Jamur Truffle (Ka’mah) dan Kurma ‘Ajwah Kota Madinah” (VII:167)
[25] Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Ath-Thibbul Hadits (2066), beliau berkomentar “Hadits ini Hasan”
[26] Lihat kembali Al-Fathur Rabbani
[27] Fathul Bari (X:239)
[28] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Kitab Ath-Thibb, bab “Kurma ‘Ajwah”, hadits no. 3869. Arti penyakit dad disini yaitu orang yang terkena penyakit dalam leverlnya. Ditumbuk, artinya dihaluskan. Disuapkan atau dicekokkan artinya dimasukkan kedalam mulut.
[29] Diriwayatkan oleh Ibnu Jauzi dalam Kitab Al Wafa bi Ahwalil Mushtafa, hadits no. 1229
[30] Yakni bahwa berbagai riwayat tentang keutamaan kurma secara umum dapat dipahami secara khusus untuk kurma ‘Ajwah sehingga kurma ‘Ajwah saja yang memiliki segala keutamaan tersebut, kurma lain tidak.
[31] Fathul Bari (X:140)
[32] Mirqatul Mafatih (VIII:105)
[33] Umdatul qari (XXI:105)
[34] Mirqatul Mafatih (VII:27)
[35] Aunul Ma’bud (X;255) dan Umdatul qari (XXI:105)
[36] Al-Fathur Rabbani (XVII:167)
[37] Fathul Bari (X:239)
[38] Ath-Thibbun Nabawi (X:239).
[39] Tathul Bari (X:238), juga An-Nihayah (III:188), dan Lisanul ‘Arab, komponen kata ‘aja.
[40] Dala’ilun Nubuwwah oleh Baihaqi (VI:67)
[41] Al-Fathur Rabbani (XXII: 265).
[42] Tuhfatul Ahwadzi (VI:191). Hadits tersebut diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Kitab Ath-Thibb, hadits no. 2066, dari Abu Hurairah ra. Juga diriwayatkan oleh Ahmad dan Ibnu Majah.
[43] Lihat Fathul Bari (X:238), An-Nihayah oleh Ibnul Atsir, materi kata ‘aja; Tuhfatul Ahwadzi (VI: 190); aunul Ma’bud (X: 255); Umdatul Qari oleh Al-Aini (XXI : 105); dan Faidhul Qadir (XI: 5745); Mirqatul mafatih (VIII:27).
[44] Lihat Lisanul ‘Arab materi kata ‘aja.
[45] Lihat Zadul Ma’ad (IV: 241), dan lihat juga Fathul Bari (X:240).
[46] Buku Al-Aswadan At-Tamr wal Ma’, hlm. 85
[47] Mengonsumsi makanan saat perut masih kosong, sebelum kemasukan makanan lain, dalam bahasa Arab biasa diistilahkan dengan al-akl ‘alar riq. – ed.
[48] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. Liha Al-Fathur Rabbani (XVII: 168), sedangkan hadits ini dinisbatkan kepada Muslim. Silahkan lihat referensi sebelumnya.
[49] Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dalam Musnadnya. Lihat Al-Fathur Rabbani (XVII:168), sementara arti kata al-bukrah, yakni di pagi hari sebelum menyantap makanan apa pun, seperti disebutkan dalam beberapa riwayat lain.
[50] Lihat Al-Fathur Rabbani (X : 239), dan Umdatul Qari’ (XXI: 426).
[51] Dikeluarkan oleh Bukhari dalam Kitab Ath-Thibbul Hadits (5768), dari Sa’ad bin Abi Waqqash.
[52] Fathul Bari (X:239)
[53] Lihat Fathul Bari (X:239), Umdatul Qari’ (XXI: 426), dan Al-Fathur Rabbani (VII: 167)
[54] Diriwayatkan oleh Tirmidzi dalam Kitab Ath-Thibb, hadits no. 2066
[55] Fathul Bari (X: 240).
[56] Faidul Qadir (XI : 5745)
[57] Dua labah artinya dua perkampungan (berbatu), karena kota Madinah terletak antara dua perkampungan besar. Sebuah kota yang terselimuti batu-batu hitam. Dua perkampungan yang mengapit Madinah itu adalah perkampungan ‘Aqim dan perkampungan Wabrah. Yang pertama di sebelah timur dan yang kedua di sebelah baratnya
[58] Ibid
[59] Al-Fathur Rabbani 9XVII: 167). Lihat juga Zadul Ma’ad (IV: 341).
[60] Yang dimaksud dengan ‘Aliyah di sini adalah semua perkampungan, perkebunana dan bangunan dari arah dataran tinggi kota Madinah, kea rah Najed
[61] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab al-Asyribah, hadits no. 2048. Arti kata al-bukrah yakni pagi hari. Ini satu makna dengan riwayat, “Barangsiapa yang menyantap setiap paginya…”.
[62] Fahul Bari (X:239)
[63] ‘Umdatul qari (XII:106)
[64] Ath-Thibbun Nabawi (XXI:106)
[65] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Kitab Al-Asyribah, bab, “Keutamaan Kurma madinah”, hadits no. 2047
[66] Lihat Al-Fathur Rabbani (XVII: 167)
[67] Ath-Thibbun Nabawi, hlm. 74
[68] Buku An-Nakhil fi ‘Ahdin Nabi, hlm. 14
[69] Lihat Fathul Bari (X : 239), dan ‘Umdatul Qari (XXI:425).
[70] Al-Fathur Rabbani (VII: 167).
[71] Majmu’ Fatawa wa Maqalat Mutanawwi’ah oleh Ibnu Baz (VII : 109)
[72] Faidhul Qadir (XI:5745). Lihat juga Ath-Thibbun Nabawi, hlm. 73
[73] Fathul Bari (X:240).
[74] ‘Aunul Ma’bud (X:256) dan Al-Fathur Rabbani (XVII: 167).
[75] Marqatul Mashabih (VIII: 27)
[76] Diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari ‘Aisyah ra, bahwa Nabi SAW bersabda saat beliau sakit, Curahkan air untukku dari tujuh geriba (kantong air yang terbuat dari kulit,-ed.), yakni dari tujuh sumur di musim dingin sampai aku bisa keluar menemui orang banyak dan membuat perjanjian dengan mereka”, hadits no. 81
[77] Hadits ini akan diulas nanti.
[78] Diriwayatkan oleh Muslim dari ‘Utsman bi Abi Al-Ash ra, bahwa ia pernah mengeluhkan kepada Rasulullah SAW rasa sakit di sekujur tubuhnya. Rasulullah SAW bersabda kepadanya, “Letakkan tanganmu di bagian tubuhmu yang sakit, lalu ucapkan, ‘Bismillah’ sebanyak tiga kali, dan ucapkan sebanyak tujuh kali, ‘A ‘udzu bi’izzatillah wa qudratihi min syarri ma ajidu wa uhadzir (aku berlindung dengankemulaan dan kekuatan Allah dari keburukan yang sedang aku alami dan yang selalu aku hindari)’.”
[79] Faidhul Qadir (XI:5746), dan lihat juga Fathul Bari (X:240)
[80] Lihat ‘Umdatul Qari’ (XX: 425) dan Fathul Bari (X:240)
[81] Lihat buku An-Nikhil fi ‘Ahdin Nabi SAW
[82] Ath-Thibbun Nabawi, hlm. 74 lihat juga Faidhul Qadir (XI:5746).
[83] Diriwayatkan oleh Abu Dawud dalam Kitab Ath-Thibb, hadits no. 3869. Arti penyakit lever di sini yaitu orang yang terkena penyakit dalam hatinya. Al-Harits bin Kildah adalah seorang tabib Arab. Ditumbuk, artinya dihaluskan. Sementara dicekokkan, artinya dimasukkan ke dalam mulut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar