Definisi Madinah Nabawiyyah
Madinah Nabawiyyah adalah kota Rasulullah SAW. Lokasinya terletak di utara kota Mekah sejauh 400 km. ketinggiannya 600 m dari laut. Dari arah selatan, timur dan barat, terdapat aktivitas gunung berapi. Di bagian timurnya terdapat lembah Waqim. Di bagian timurnya terdapat perkampungan Al-Wabrah. Sementara dataran tinggi terdapat di sebelah utara dan selatannya. Di bagian selatan terdapat gunung ‘Ir. Sementara di bagian utaranya terdapat gunung Uhud. Aliran banjir bisa datang dari arah selatan dan timur.
Letak geografis tersebut berpengaruh besar, sehingga layak saja bila tanah di kota Madinah begitu subur, karena kerap dialiri banjir, terutama sekali aliran lahar gunung berapi.
Letaknya yang rendah juga menjadikan banyak mata air terdapat di sana, terutama sekali di dekat lokasi aliran air bekas banjir. Oleh sebab itu, kota tersebut sudah terkenal semenjak dahulu sebagai kota yang maju, karena banyak pohon kurmanya, dank arena banyak sumber air disana.
Kota Madinah sudah dikenal sebelum Islam sebagai kota Yatsrib Sejak Rasulullah SAW berhijrah ke kota tersebut, akhirnya ia lebih dikenal dengan sebutan kota Madinah. Kota itu menjadi ibu kota Daulah Islamiyyah (Pemerintahan Islam) pertama. Itu berlangsung hingga akhirnya ibu kota Islam di pindahkan ke Damaskus, pada masa pemerintahan Saulah Umawiyyah. Namun sebagai pusat pendidikan Islam dunia, kota Madinah tetap bertahan. Karena di situlah terdapat Masji Nabawi. Masjid pertama yang dibangun di atas dasar ketakwaan, dan masjid kedua yang boleh dijadikan sebagai tujuan perjalanan berat. Di kota itu juga terdapat Masjid Quba’ dan banyak lagi lokasi-lokasi Islam bersejarah lainnya.
Madinah di kenal sebagai kota kembaran Hijaz yang sudah demikian mentereng dalam sejarah Islam dari semenjak dahulu kala, terletak sepanjang 36,39o lintang timur dan 18,24o bujur utara.[1]
Allah, Sang Pembuat syariat, telah membedakan kota Madinah dengan kota-kota lain dengan berbagai keutamaan, kemuliaan dan berkah yang banyak. Kota madinah adalah kota suci dan kota agung kedua dalam jiwa kaum muslimin, sesudah Mekah, di mana terletak bangunan pertama yang didirikan untuk umat manusia.
Kota Madinah adalah tempat hijrah Nabi SAW dari kota Mekah. Di situlah Islam memperoleh kemuliaan dan kekuatannya, serta menjadi mapan dan tertopang. Islam pun menampakkan keunggulannya dibandingkan seluruh agama yang ada. Di Madinah juga berdiri daulah (pemerintahan) Islam yang megah. Di situ pula Rasulullah Saw tinggal dan menikahi istri-istri beliau, Ummahatul Mu’mini. Artinya, kota Madinah betul-betul teduh, nyaman dan tentram.
Bahkan kota itu menjadi rumah beliau. Allah berfirman:
“Sebagaimana Rabbmu mengeluarkanmu dari rumahmu dengan kebenaran.” (Al-Anfal [8]: 5)
Allah menyebut kota Madinah sebagai rumah beliau SAW. Itu mengandung pemuliaan yang hebat, dan pengutamaan yang besar terhadap kota tersebut, sehingga layak dinisbatkan kepada nama beliau.[2]
Allah menyebutnya dalam Al-Qur’anul Karim :
“Tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Badui yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah ( pergi berperang)…” ( At-Taubah [9]:12)
Allah juga berfirma:
“Mereka (orang-orang munafik) berkata, ‘Sesungguhnya jika kita telah kembali ke Madinah, benar-benar orang yang kuat akan mengusir orang-orang yang lemah daripadanya’…”(Al-Munafiqun [6]:8)
Di antara keutamaan kota Madinah pula adalah seperti yang disebutkan dalam riwayat Abu Hurairah bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Aku pernah diperintahkan untuk pergi ke sebuah kota yang menyantap (mengalahkan) kota-kota lain. Kota itu disebut Yatsrib, yakni Madinah. Ia bias mencampakkan banyak orang darinya, seperti layaknya peniup tungku pandai besi yang menyingkirkan semua karat besi.”[3]
Diriwayatkan dari Abu Humaid ra bahwa ia menuturkan, “Sesuatu saat kami beriringan dengan Nabi SAW dari arah Tabuk, hingga dekat kota Madinah. Lalu beliau bersabda, “Inilah kota Thabah.”[4] (Tabah adalah salah satu kota Madinah yang berarti “baik”, - penerj.)
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya Rasulullah SAW bersabda:
“Sesungguhnya iman itu akan merasuk ke kota Madinah seperti seekor ular masuk ke dalam sarangnya.”[5]
Di riwayatkan dari Sa’ad ra bahwa ia bertutur: Aku pernah mendengar Rasulullah SAW bersabda, “ Setiap kali ada orang berbuat maker di kota Madinah, pasti akan luluh, seperti garam yang luluh bila dimasukkah ke dalam air.”[6]
Diriwayatkan dari Abu Bakrah bahwa Nabi SAW bersabda, “Kota Madinah tidak akan dimasuki oleh serangan Al-Masih Ad-Dajjal yang menakutkan. Pada saat itu, ada tujuh pintu masuk, pada masing-masing pintu terdapat dua malaikat penjaga.”[7]
Diriwayatkan dari Jabir ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Kota Madinah itu seperti alat peniup tungku pandai besi, dapat menyingkirkan kotoran-kotoran dan mengkilapkan[8] kota tersebut.” [9]
Doa Nabi SAW Agar Kota Madinah, Buah-buahannya dan Takarannya Penuh Berkah, dan Doa Beliau Agar Segala Wabah Disingkirkan darinya
Diriwayatkan dari Anas ra bahwa Rasulullah SAW bersabda:
“Ya Allah, jadikanlah kota Madinah memiliki berkah dua kali lipat dari berkah kota Mekah.”[10]
Diriwayatkan dari ‘Abdullah bin Zaid bin ‘Ashim bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Ibrahim menyucikan kota Mekah dan mendoakan pra penghuninya. Maka akupun mensucikan kota Madinah, sebagaimana Ibrahim menyucikan kota Mekah. Aku juga mendoakan sha’dan mud kota ini,[11] sebagaimana doa Ibrahim untuk para penghuni kota Mekah.”[12]
Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Ali Bin Abi Thalib ra, bahwa Rasulullah SAW bersada, “Aku berdoa kepada-Mu untuk para penduduk kota Madinah, agar Engkau berikan berkah yang Engkau berikan untuk para penduduk kota Mekah.”[13]
Diriwayatkan dari Bilal ra yang menuturkan bahwa Rasulullah SAW berdoa :
“Ya Allah, tumbuhkanlah kecintaan kami terhadap kota Madinah, sebagaimana Engkau menumbuhkan cinta kami terhadap Mekah, bahkan lebih dari itu. Sehatkan kota ini, berkahilah sha’ dan mud kami, dan pindahkanlah wabah penyakitnya ke daerah Al-Juhfah.”[14]
Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah SAW pernah diberi buah-buahan yang dipetik pertama kali, lalu beliau berdoa:
“Ya Allah, berkahilah kota kami, dalam buah-buahannya, dalam mud dan sha’nya, dengan keberkahan yang berlimpah-limpah.”[15]
[1] Syib Jaziratil ‘Arab Al-Hijaz, hlm. 66. Lihat juga Yatsrib Qablal Islam, hlm. 15, dan Mu’jamul Buldan (V:82)
[2] Tarikh Ma’alimil Madinah, hlm. 57, Mu’jamul amkintil Waridah Dzikruha fi Shahihil Bukhari, bab huru mim, hlm. 391.
[3] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab “Keutamaan Kota Madinah yang Bisa Menyingkirkan Banyak Orang”, hadits no. 1871.
[4] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab Thabah, hadits no. 1871
[5] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab Iman Merasuk ke Dalam Kota Madinah”, hadits no. 1876.
[6] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab”Dosa Orang yang Berbuat Makar di Kota Madinah”, hadits no. 1877.
[7] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha’ilul Madinah, bab “Dajjal Tidak Akan Memasuki Kota Madinah”, hadits no. 1879
[8] Kalimat, “…mengkilapkan kota tersebut”, yakni diambil dari kta an-nushu’ yang berarti al-khulush (menjernihkan). Jadi, artinya adalah ia dapat menyingkirkan yang buruk, memilih yang bagus saja untuk tetap di dalamnya. Lihat Fathul Bari (IV:97)
[9] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha ‘ilul Madinah, bab “Kota Madinah Dapat Menyingkirkan Kotoran”, hadits no. 1883.
[10] Diriwayatkan oleh Bukhari dalam Kitab Fadha ‘ilul Madinah, bab “Kota Madinah Dapat Menyingkirkan Kotoran”, hadits no. 1885
[11] Yang dimaksud “sha’ dan mud kota ini” adalah nama jenis takaran. Karena pada dasarnya yang beliau doakan adalah keberkahan makanan yang ditakar.
[12] Diriwayatkan oleh Muslim dalam Al-Musnad,bab “Keutamaan Kota Madinah”, hadits no. 1360.
[13] Diriwayatkan oleh Ahmad dalam Al-Musnad, bab “Keutamaan Kota Madinah”, (XXIII:255). Lihat juga Al-Fathur Rabbani dan hadits yang diriwayatkan oleh Tirmidzi. Beliau berkomentar, “Hadits ini hasan shahih.”
[14] Di keluarkan oleh Muslim dalam Kitab Al-Hajj, hadits no. 1367.
[15] Dikeluarkan oleh Muslim dalam Kitab Al-Hajj, hadits no. 1381
Tidak ada komentar:
Posting Komentar